Asa Garuda Patah di Jeddah, Goodbye Piala Dunia, Kluivert Out Trending!

12 Oktober 2025 11:15 WIB
Timnas Indonesia. (Instagram Erick Thohir)

PONTIANAK, insidepontianak.com – Gagal lagi. Piala Dunia 2026 masih mimpi. Timnas Indonesia kalah 0-1 dari Irak. Tipis. Tapi cukup buat mengubur harapan yang sudah lama dirawat.

Sebelumnya, Garuda juga kalah 2-3 dari Arab Saudi. Dua kali main, dua kali tumbang. Media sosial langsung ramai. Semua orang ngomongin hal yang sama: kecewa.

Ada yang marah. Ada yang pasrah. Ada yang masih cari alasan. Dan, sang juru taktik tak luput jadi sasaran. Tagar #KluivertOut trending di X. Ketua PSSI, Erick Thohir, pun minta maaf.

“Mimpi masuk ke Piala Dunia belum bisa kami wujudkan,” tulis Erick di Instagram pribadinya, menyertai foto pemain Timnas.

Tapi Erick Thohir  tetap bangga. Katanya, ini sejarah. Untuk pertama kalinya, Indonesia bisa sampai Round 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026.

“Terima kasih kepada suporter, pemain, dan ofisial atas perjuangan untuk bisa sampai Round 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026,” ucapnya.

Erick Thohir memang tak menutupi rasa kecewanya. Tapi di balik ucapannya yang tenang, tersirat nada getir. Karena mimpi besar itu lagi-lagi harus kandas di ujung jalan.

Ia pasti tahu, jutaan mata sudah menaruh harapan. Jutaan doa sudah dipanjatkan. Tapi hasil berkata lain. Mimpi Piala Dunia hanya bisa digenggam sebentar, lalu lepas lagi.

Jalannya Pertandingan

Kekalahan dari Irak membuat Indonesia terdampar di dasar klasemen Grup B. Dua kali main, belum punya poin. Sebaliknya, Irak justru melesat. Baru main sekali, tapi sudah kumpul tiga poin dan duduk di posisi kedua. 

Irak masih akan menjalani pertandingan dengan Arab Saudi. Yang menang akan langsung lulos ke Pila Dunia tahun depan. Sementara yang kalah, akan lanjut berjuang di ronde 5. 

Kembali ke laga antara Indonesia vs Irak. Pertandingan berjalan ketat. Garuda tampil berani. Justru lebih dulu menciptakan serangan.

Di menit ke-9, Thom Haye melepaskan tembakan keras. Sayang, si bola bundar masih melenceng ke pinggir gawang. Menit ke-14, Haye mengancam lagi lewat umpan tarik ke Mauro Zijlstra. Tapi serangannya itu kandas di pertahanan Irak.

Semenit kemudian, sundulan Zijlstra dari sepak pojok juga belum tepat sasaran. Menit ke-33, giliran Eliano Reinders punya peluang.

Tapi, lagi-lagi belum berbuah gol. Menjelang turun minum, Dean James mencoba peruntungan lewat tendangan bebas. Lagi-lagi, masih melenceng. Tipis sekali.

Babak pertama berakhir dengan skor kacamata: 0-0. Usai babak turun minum, Irak menekan duluan. Menit ke-58, Youssef Amyn nyaris membobol gawang Marten Paes. Beruntung, bola masih melebar.

Indonesia membalas serangan lewat Kevin Diks di menit ke-65. Tendangannya mengarah ke gawang. Tapi kiper Jalal Hasan sudah sigap. Bola ditangkap dengan sempurna.

Kebuntuan pecah di menit ke-75. Zidane Iqbal melepaskan tembakan mendatar yang menembus jala Garuda. Skor berubah: 1-0 untuk Irak.

Indonesia berusaha bangkit. Ole Romeny dan kawan-kawan terus menekan. Tapi tak satu pun peluang berbuah gol.

Di menit 90+9, Irak harus bermain dengan 10 orang setelah Zaid Tahseen diganjar kartu kuning kedua. Sayangnya, waktu habis. Garuda kalah lagi. Peluit panjang berbunyi.

Jalan Panjang Mimpi Besar

Perjalanan menuju Piala Dunia bukan cerita baru. Mimpi itu sudah hidup puluhan tahun. Sejak sepak bola pertama kali menyatukan bangsa ini.

Tahun 1938, Indonesia, waktu itu masih bernama Hindia Belanda pernah mencatat sejarah. Menjadi negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia di Prancis. Sayangnya, cuma sempat main sekali, kalah 0-6 dari Hungaria.

Tapi itulah tonggak awal. Bukti bahwa Garuda pernah terbang tinggi di panggung dunia. Setelah itu, jalannya panjang dan terjal. Banyak generasi datang dan pergi.

Dari Ricky Yacobi, Kurniawan Dwi Yulianto, sampai sekarang Risky Ridho dan berbagai pemain diaspora. Tapi hasilnya selalu sama: kandas di saat harapan tengah di puncak penantian.

Kini, meski belum lolos, Garuda menulis sejarah baru. Untuk pertama kalinya, Indonesia menembus putaran keempat kualifikasi zona Asia. Langkah kecil, tapi berarti besar.

Kegagalan menuju Piala Dunia 2026 bukan akhir. Masih ada waktu untuk berbenah. Waktu masih panjang untuk membangun tim lebih tangguh.

Buat Indonesia, sepak bola bukan cuma soal menang atau kalah. Ini tentang harga diri. Tentang semangat. Tentang mimpi besar yang tak boleh padam.***


Penulis : Abdul Halikurrahman/Antara/Berbagai Sumber
Editor : Abdul Halikurrahman

Leave a comment

Ok

Berita Populer

Seputar Kalbar