Jenazah Diangkut Pakai Motor, Jalan Perbatasan Kalbar Masih Berlumpur, Malaysia Sudah MRT
SANGGAU, insidepontianak.com - Potret memilukan kembali muncul dari perbatasan Indonesia–Malaysia, di Kabupaten Sanggau.
Di Dusun Badat Lama, Desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, warga terpaksa mengikat jenazah di atas sepeda motor, ditutup terpal, untuk dibawa ke rumah duka.
Semua itu dilakukan karena ambulans tak bisa masuk. Jalan berlumpur. Licin. Lengket. Tak layak dilalui kendaraan roda empat.
Peristiwa ini menampar nurani. Menjadi cermin: infrastruktur di perbatasan Kalimantan Barat masih jauh tertinggal.
Cerita jalan rusak yang menyulitkan warga bukan hal baru. Oktober kemarin, di Ketapang, bahkan seorang warga meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Mobil yang membawanya terjebak di jalan rusak, kawasan Simpang Hulu. Ironis. Cerita pilu yang tak kunjung selesai.
Anggota DPRD Kalbar, Fransiskus Ason, menegaskan, persoalan jalan di Kalbar ibarat pekerjaan rumah yang tak pernah rampung.
“Pembangunan jalan perbatasan sebenarnya sudah dimulai sejak masa Presiden Jokowi. Tapi di akhir pemerintahannya, proyek itu terhenti,” ujarnya.
Lemahnya kemampuan fiskal daerah membuat situasi makin sulit. Efisiensi dan pemangkasan dana transfer daerah memperparah keadaan. Karena itu, Ason mendesak pemerintah pusat turun tangan menangani jalan rusak.
“Kalau pemerintah mau efisiensi, ambil alih saja pembangunan jalan perbatasan. Kabupaten dan provinsi tak sanggup. Jangan uang negara terus tersedot ke Jawa, sementara perbatasan dibiarkan tertinggal,” tegasnya.
Menurut Ason, ketimpangan pembanguna infrastruktur di Kalbar dan Malaysia sudah berlangsung puluhan tahun. Perhatian pemerintah pusat tetap minim.
“Malaysia sudah mau bangun MRT. Kita? Jalan tol saja belum ada. Malu kita dengan Malaysia. Di kampung seberang, jalan sudah diaspal, mobil lewat mulus.
Kita ke kecamatan saja masih berjibaku di jalan rusak,” sindirnya.
Ason berharap pemerintah pusat hadir, bukan hanya berjanji. Sebab kemampuan keuangan daerah untuk membangun jalan, kini semakin terbatas.***
Penulis : Andi Ridwansyah
Editor : Abdul Halikurrahman

Leave a comment