Sawit Rakyat Jadi Tulang Punggung Ekonomi, 5th IPOSC Jadi Jembatan Petani  dan Distributor

24 September 2025 14:57 WIB
Kegiatan 5th Indonesian Palm Oil Smallholder Conference and Expo (IPOSC) yang berlangsung di Qubu Resort, Kubu Raya, Rabu (24/9/2025)/ist

KUBU RAYA, insidepontianak.com – Sawit telah menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat Kalimantan Barat. Tidak hanya membuka lapangan kerja, komoditas ini juga menjadi sumber penghidupan utama ribuan petani rakyat, sekaligus penggerak roda perekonomian daerah.

Hal tersebut ditegaskan, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalbar, Heronimus Hero saat membuka kegiatan 5th Indonesian Palm Oil Smallholder Conference and Expo (IPOSC) yang berlangsung di Qubu Resort, Kubu Raya, Rabu (24/9/2025). 

Indonesian Palm Oil Smallholder Conference and Expo (5th IPOSC) menjadi wadah pertemuan para petani sawit dengan distributor penyedia di sektor pertanian dan perkebunan. 

Dalam kegiatan itu, petani dapat dengan mudah mencari kebutuhan untuk lahan pertanian dan perkebunannya. Muaranya mendukung kemajuan petani sawit untuk terus bertumbuh menjadi besar. 

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Barat, Heronimus Hero, mengungkapkan peran vital sektor kelapa sawit dalam perekonomian provinsi.

Menurutnya, 32 persen ekonomi Kalimantan Barat ditopang oleh subsektor perkebunan, khususnya kelapa sawit, dan industri pengolahannya. 

"Kontribusi ini jauh melampaui sektor lain dan menjadikannya tulang punggung perekonomian daerah," kata Heronimus Hero. 

Hero menjelaskan bahwa subsektor pertanian memberikan sumbangan signifikan sebesar 20 persen pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalbar. Dari angka tersebut, subsektor perkebunan, terutama kelapa sawit, menjadi kontributor paling dominan.

 "Makanya kenapa sawit menjadi perhatiannya, karena di pembangunan perekonomian kita, sawit menjadi yang pertama," tegasnya.

Selain itu, sektor sawit juga menjadi tumpuan hidup bagi banyak masyarakat. Tercatat, ada 1,2 juta petani di Kalbar yang menggantungkan hidupnya dari perkebunan sawit. Jumlah ini bahkan belum termasuk sekitar 150 ribu karyawan yang bekerja di 368 perusahaan sawit yang berinvestasi di provinsi ini.

Meski investasi sawit terlihat menggiurkan, Hero mencatat adanya ketidakseimbangan antara lahan yang dikonsesikan dengan yang sudah tertanam. Dari total konsesi lahan seluas 3 juta hektar yang diberikan bupati, baru sekitar 1,7 juta hektar yang sudah ditanami.

"Kami di provinsi tentu berharap konsesi yang sudah dikeluarkan oleh kepala daerah dimanfaatkan dulu," ujar Hero. 

Ketua Panitia 5th IPOSC, Mansuetus Darto menegaskan, forum dua hari ini juga menghadirkan berbagai sesi diskusi mengenai keberlanjutan industri sawit, akses legalitas lahan, perbaikan tata kelola, serta peluang memperkuat peran petani sawit rakyat dalam rantai pasok global.

Ia juga mengungkapkan keprihatinan mendalam terkait nasib petani sawit di Indonesia, khususnya di momen peringatan Hari Tani Nasional yang jatuh setiap 24 September. 

Menurut, meskipun Hari Tani Nasional telah ditetapkan sejak 1963, nasib petani hingga kini masih belum jelas, terutama terkait isu-isu agraria dan kepemilikan lahan.

Ia mendesak pemerintah untuk segera membangun dialog yang adil dan terbuka dengan petani sawit. Mereka berharap pemerintah dapat mencari solusi yang adil dan tidak merugikan petani terkait penyelesaian isu lahan sawit di kawasan hutan.

"Penting untuk kami sampaikan dan tegaskan bahwa sebaiknya pemerintah perlu membangun dialog dengan petani sawit agar penyitaan sawit dan penyelesaian sawit dalam kawasan hutan bisa lebih adil, lebih fair dan tidak merugikan petani sawit di daerah," tutupnya (kombis)


Penulis : Andi Ridwansyah/bis
Editor : Wati Susilawati

Leave a comment

huja

Berita Populer

Seputar Kalbar