Borneo Forum: Ajang Inspiratif Berbagai Ilmu dan Peluang Para Petani Sawit

PONTIANAK, insidepontianak.com - Borneo Forum ke-8 tahun 2025, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) tak hanya sekedar forum tapi ajang bagi banyak pihak untuk lebih dekat dengan isu perkebunan sawit ini.
Selain tokoh penting, banyak juga yang sengaja datang ke Borneo Forum untuk menyerap ilmu baru, seperti Anes, petani mandiri asal Kembayan, Kabupaten Sanggau. Ia datang dengan segudang tanya, berharap pulang membawa asa.
Sawit bagi Anes tak sekedar hanya tanaman tapi juga berkah bagi penghidupan keluarganya. Karena, di area Sawit ini banyak hal yang sudah ia bangun.
Anes punya area Sawit, tak seberapa tapi bisa menyambungkan hidup keluarganya. Ia datang untuk bertanya dan mencari informasi kepada ahlinya terkait Ganoderma yang menjadi ancaman petani sawit.
“Ini masalah serius. Kalau sawit kena Ganoderma, bisa habis,” tutur Anes saat dalam berbicara dalam Borneo Forum.
Ganoderma semacam ‘hama’ kebun sawit. Jamur ini menempel diam-diam di akar dan menyedot nutrisi, lalu mematikan pohon perlahan. Petani menyebutnya “hantu kebun”.
Dalam penelitian menyebutkan, jika ancaman Ganoderma tak diatasi, sawit bisa punah dalam beberapa dekade ke depan. Petani seperti dirinya tak bisa lagi berpangku tangan.
“Jangan sendiri-sendiri. Kita harus bersama-sama cari Solusi,” ujarnya.
Di sinilah Borneo Forum menjadi titik temu antara petani, koperasi, perusahaan, dan pemerintah. Semua duduk satu meja, membicarakan nasib sawit, masa depan pangan, dan keberlanjutan ekosistem.
Tak hanya Anes, banyak juga petani sawit yang datang dengan masalahnya sendiri. Seperti Koperasi Produsen Manunggal Jaya dari Kabupaten Sintang dianugerahi Mitra Kerja Terbaik GAPKI 2025.
Sang ketua koperasi, Suripto, penghargaan tersebut bukan sekadar simbol. Itu katanya hasil gotong-royong.
“Kami menjaga kemitraan, bukan sekadar mencari untung,” ucap Suripto.
Koperasi ini dianggap sukses membangun hubungan sehat antara petani dan perusahaan sawit, sekaligus meningkatkan kesejahteraan anggotanya lewat tata kelola usaha transparan.
Dalam industri yang kerap diguncang isu deforestasi dan konflik lahan, praktik koperasi semacam ini adalah oase di tengah padang tandus.
Sementara, Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, mengingatkan bahwa kolaborasi adalah kunci.
“Badan Pengelola Dana Perkebunan sudah siapkan dana, kenapa tidak dimanfaatkan?” katanya. “Ini bisnis besar, kita tidak boleh pasif.”
Purwadi MS, Direktur Eksekutif Pusat Sains Kelapa Sawit Instiper Yogyakarta memberikan pesan inspiratif dan menggugah generasi muda.
“Anak muda sekarang luar biasa. Jangan sampai petani sawit cuma jadi penonton,” ucapnya mengingatkan.
Era digital, katanya, membuka peluang bagi petani untuk berjejaring, berbagi pengetahuan, dan memasarkan produk.
“Setiap detik itu peluang, maka manfaatkan,” ucapnya. (*)
Penulis : REDAKSI
Editor : Wati Susilawati
Tags :

Leave a comment