Kemenkes Kucurkan Rp54 Miliar untuk Obat Jiwa, IPKJI Edukasi 1.500 Mahasiswa Cegah Depresi
PONTIANAK, insidepontianak.com - Pemerintah meningkatkan anggaran pembelian obat gangguan jiwa berat hingga lima kali lipat.
Tahun depan, Kementerian Kesehatan menyiapkan Rp54 miliar, naik tajam dari tahun ini yang hanya Rp11 miliar.
“Anggaran itu untuk memastikan stok obat gangguan jiwa selalu tersedia. Jangan sampai ada kekurangan,” ujar Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, dalam seminar daring peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS), Sabtu (8/11/2025).
Imran menegaskan, Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan primer harus mampu menangani pasien gangguan jiwa.
“Puskesmas jangan hanya jadi tempat rujukan. Pasien gangguan jiwa juga bisa berobat di sana, dengan tenaga kesehatan yang terlatih,” tambahnya.
Seminar nasional yang diikuti hampir 700 peserta itu mengusung tema: Peran Tenaga Kesehatan dalam Menjamin Akses Layanan Kesehatan Jiwa pada Situasi Bencana.
Guru Besar Universitas Indonesia, Prof Budi Anna Keliat, yang menjadi pembicara menekankan pentingnya penguatan layanan promotif dan preventif.
“50 sampai sembilan 90 persen korban bencana mengalami stress, Karena itu, dukungan kesehatan jiwa dan psikososial harus segera diberikan,” ujar Prof Budi yang perna menerima penghargaan WHO 2015 sebagai Penggerak Kesehatan Jiwa Sedunia.
Narasumber lain, Diana Setiyawati, Direktur Pusat Kesehatan Mental Masyarakat (CPMH) UGM, dan Cut Mahdalena dari BPBD Kalimantan Barat, juga menyoroti pentingnya integrasi layanan kesehatan jiwa dalam penanganan bencana.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Antonius Decky, menilai seminar nasional ini menunjukkan kolaborasi kuat antara Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI) Kalimantan Barat dan perguruan tinggi kesehatan di Kalbar.
“Kegiatan ini menggaungkan isu kesehatan jiwa agar semakin menggema dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ujarnya.
Decky mengingatkan, gangguan jiwa berat masih menjadi masalah serius. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, empat dari seribu rumah tangga di Indonesia memiliki anggota keluarga dengan psikosis atau gangguan jiwa berat.
“Untuk Kalbar, angkanya lebih rendah, dua hingga tiga orang per seribu rumah tangga. Tapi tetap tidak boleh diabaikan,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua IPKJI Kalimantan Barat, Muliantika, menyatakan pihaknya terus berkomitmen meningkatkan literasi kesehatan jiwa di masyarakat.
Sepanjang Oktober, IPKJI telah mengedukasi lebih dari 1.500 mahasiswa di sembilan kampus di Kalbar untuk mencegah depresi di kalangan remaja dan dewasa muda.
“Kami ingin mahasiswa paham cara menjaga kesehatan mental sejak dini. Banyak faktor pemicu depresi: perubahan hormon, tekanan akademik, perundungan, hingga masalah ekonomi dan keluarga,” jelas Muliantika, yang baru terpilih memimpin IPKJI Kalbar periode 2025–2030.
Ia menyebut kampus-kampus yang aktif terlibat antara lain STIKes Yarsi Pontianak, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo, Itekes Muhammadiyah Kalbar, Universitas Tanjungpura, Politeknik Aisyiyah Pontianak, AKPER Bethesda Serukam, Universitas Muhammadiyah Pontianak, serta dua kampus Poltekkes Kemenkes Pontianak.
Sementara itu, Ketua Panitia HKJS 2025, Dwi Suseno, menyampaikan apresiasi atas dukungan banyak pihak terhadap rangkaian kegiatan IPKJI.
Ada enam kegiatan besar yang telah digelar: Lomba Video Pendek, IPKJI Road to Campus – Edukasi Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis, Talkshow Kesehatan Jiwa, Aksi Peduli Penderita Gangguan Jiwa, Jalan Sehat, dan Seminar Nasional.
“Sebagai penutup, kami akan menggelar Fun Walk Singkawang akhir November,” ujar Dwi.***
Penulis : Abdul Halikurrahman/ril
Editor : -

Leave a comment