Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dorong Pengembangan Kurikulum Kampus Berdampak

MALANG, insidepontianak.com - Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia terus memperkuat transformasi pendidikan tinggi melalui pengembangan kurikulum menuju kampus berdampak.

Hal ini disampaikan oleh Dr. Berry Juliandi, S.Si., M.Si., Plt. Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal, Pendidikan Tinggi (Belmawa Ditjen Dikti) dalam seminar bertajuk ‘Arah Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi Menuju Kampus Berdampak’ di Gedung Pascasarjana, Universitas Islam Malang (Unisma). Seminar ini menyoroti urgensi penguatan kurikulum yang relevan, fleksibel, dan mampu menghasilkan lulusan siap kerja serta berkontribusi nyata pada masyarakat.

 “Saya sangat mengapresiasi Unisma yang memiliki semangat besar dalam menjemput perubahan,” ujar Dr. Berry saat mengisi seminar Rabu (11/6/2025).

Salah satu visi jangka panjang yang diusung Plt. Belmawa Ditjen Dikti adalah implementasi sistem pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning), di mana setiap warga negara dapat terus belajar tanpa batasan usia atau masa studi. Untuk itu, pemerintah tengah menjalin kerja sama dengan platform global seperti ICE Institute, Coursera, Google, LinkedIn, hingga Microsoft.

“Ke depan akan ada sistem yang kami sebut Bank Kredit. Setiap individu dapat menyimpan rekam jejak pembelajarannya, baik dari mata kuliah kampus maupun mikro credential. Saat nama seseorang diketik, akan terlihat apa yang telah dipelajarinya dan dari mana,” jelas Berry.

Ia menambahkan, Indonesia menjadi satu-satunya negara dalam forum G20 yang telah mengusulkan dan membahas konsep ini secara mendetail. Berry lalu menyebutkan bahwa selama ini ada tiga program yang terbukti paling berdampak bagi mahasiswa, yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau yang sejenis dengan itu, magang yang telah dikurasi dan terstruktur, dan Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA).

“Tapi yang lain bukan berarti tidak berdampak, ini hanya top three versi saya,” jelas Berry.

Program ini dianggap mampu menghubungkan teori dengan praktik, serta memperkuat jejaring dan daya saing mahasiswa di tingkat global.
Berry jug menanggapi maraknya penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI), terutama generative AI, Berry menegaskan pentingnya regulasi yang adil dan bijak. Ia menyamakan AI dengan alat seperti pisau, bisa bermanfaat, tetapi juga bisa membahayakan jika disalahgunakan.

“Buku panduan penggunaan AI sebelumnya sudah tidak relevan. Kami sedang merevisinya agar hadir pedoman baru yang menjamin pemanfaatan AI secara bertanggung jawab dalam pembelajaran,” katanya. 

Berry menekankan, AI bukan untuk diharamkan, melainkan harus digunakan secara cerdas untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas belajar.

Terkait pengembangan kampus berdampak di PTS, Berry menyampaikan bahwa pemerintah menyiapkan kebijakan setara dengan yang diterapkan pada PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum). Bahkan, kini pihaknya menegur beberapa rektor PTN yang melakukan pelanggaran dalam proses penerimaan mahasiswa baru.

“Tiga poin strategis untuk PTS adalah: kebijakan setara dengan PTN-BH, penguatan regulasi penerimaan mahasiswa, dan pembahasan bantuan tambahan bagi PTS,” ujar Berry.

Rektor Unisma, Prof. Drs. H. Junaidi, M.Pd., Ph.D., menyambut baik semua arahan Plt. Direktur Belmawa Ditjen Dikti. Ia menyatakan bahwa saat ini Unisma tengah mempersiapkan pembukaan program studi berbasis kecerdasan buatan (AI) serta memperluas implementasi pembelajaran jarak jauh (PJJ).

“Kami memang sedang mengkaji beberapa nomenklatur program studi yang terkait dengan AI untuk bisa membuka prodi baru. Saat ini, kami sudah membentuk task force dan tim itu sedang bekerja menyiapkan segala persyaratan teknis dan administratif,” ungkap Junaidi.

Prof Junaidi berharap, langkah ini bisa menjadikan Unisma sebagai salah satu pelopor kampus swasta yang responsif terhadap perkembangan teknologi mutakhir. Ia juga menambahkan bahwa pem