TP3S Pontianak Gencarkan Rakor Tekan Stunting

26 Juni 2025 13:36 WIB
Wali Kota Pontianak Edi Kamtono memberikan arahan di kegiatan rapat koordinasi pencegahan dan percepatan penurunan stunting. (Istimewa)

PONTIANAK, insidepontianak.com – Tim Percepatan dan Pencegahan Penurunan Stunting atau TP3S Kota Pontianak, menggelar rapat koordinasi di Hotel Harris pada Kamis (26/6/2025).

Rakor ini bertujuan untuk mengintensifkan upaya penurunan angka stunting di Kota Pontianak yang masih menjadi perhatian serius, meskipun berbagai intervensi telah dilakukan.

Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, usai memimpin rakor, mengungkapkan bahwa TP3S terus bergerak aktif melakukan pendataan dan intervensi lapangan.

Langkah ini termasuk survei untuk mendapatkan data valid mengenai ibu hamil dan balita yang berisiko stunting.

Pemerintah Kota Pontianak menargetkan angka stunting bisa ditekan hingga di bawah 10 persen pada tahun 2026.

Edi Kamtono memaparkan bahwa pada tahun 2023, angka stunting di Pontianak sempat turun menjadi 16,4 persen.

Namun, dengan indikator nasional yang baru, angka tersebut kembali naik menjadi 22,3 persen, sehingga memicu target ambisius di bawah 10 persen pada 2026.

Menurutnya, pencegahan stunting harus dimulai sejak masa kehamilan, dengan menekankan pentingnya kesadaran orang tua dalam menjaga kesehatan dan asupan gizi.

Ia menyoroti kasus kehamilan yang tidak diinginkan atau karena faktor kemiskinan, yang seringkali menyebabkan ibu hamil tidak menjaga kandungannya dengan baik, bahkan berujung pada percobaan pengguguran. Kondisi ini disebutnya berisiko tinggi menyebabkan stunting.

Selain itu, Edi juga menyebut pola makan ibu hamil yang tidak memadai sebagai penyebab stunting, seperti mual atau "ngidam" berlebihan yang membuat ibu menolak makanan bergizi.

Pemerintah kota berupaya mengatasi ini dengan menyediakan bantuan makanan bergizi bagi kelompok rentan, meskipun data penerima bantuan masih perlu divalidasi.

Wali Kota menekankan pentingnya pemahaman komprehensif mengenai stunting, yang tidak hanya dilihat dari ciri fisik seperti tinggi badan.

Ia menyebut stunting juga dapat disebabkan oleh faktor psikologis dan bawaan lahir, sehingga data yang valid sangat diperlukan untuk pemetaan kondisi sesungguhnya.

Edi menegaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurangnya asupan gizi dan infeksi kronis, dengan masa rawan utama selama seribu hari pertama kehidupan anak.

Sinergi antarinstansi dan elemen masyarakat juga ditekankan, termasuk keterlibatan langsung masyarakat dalam mengenali potensi stunting di lingkungan sekitar.

Kepala Bidang Pengendalian Penduduk DP2KBP3A Kota Pontianak, Ismail, menjelaskan bahwa rakor ini bertujuan menyatukan komitmen dan langkah strategis pemangku kepentingan dalam percepatan penurunan stunting.

Rakor juga menjadi wadah evaluasi program, identifikasi kendala, dan kesepakatan aksi bersama untuk mencapai sinergi antar sektor, mulai dari analisis situasi hingga evaluasi pelaksanaan demi penurunan stunting yang komprehensif.***


Penulis : Dina Prihatini Wardoyo
Editor : -

Leave a comment

Ok

Berita Populer

Seputar Kalbar