Sopir Tercekik Harga Solar di Atas HET, Gubernur Kalbar Minta Pengawasan Pertamina

PONTIANAK, insidepontianak.com – Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan, mendesak Pertamina meningkatkan pengawasan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar.
Permintaan tegas ini merespons keluhan sopir truk yang kesulitan mendapatkan BBM dan harganya tak sesui ketentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah, senilai Rp6.800 per liter.
Keluhan ini mencuat pada Kamis (26/6/2025) saat ratusan sopir truk menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Tugu Alianyang.
Mereka mengaku harus merogoh kocek lebih dalam, dengan harga beli solar bervariasi antara Rp8.500 hingga Rp9.000 per liter di sejumlah SPBU.
"Saya minta kepada Pertamina untuk meningkatkan pengawasan distribusi. Kita tak ingin masyarakat, khususnya sopir, kesulitan mendapatkan solar subsidi," tegas Gubernur Kalbar, Ria Norsan.
Selain masalah harga, Norsan juga menyoroti pentingnya memastikan solar subsidi benar-benar disalurkan tepat sasaran.
Ia khawatir adanya praktik penjualan solar subsidi kepada pihak industri, yang seharusnya tidak berhak, sehingga memicu kelangkaan di masyarakat.
Sebelumnya, praktek culas SPBU nakal diungkap seorang sopir bernama Muhammad Ali. Ia secara terang-terangan mengungkapkan kekesalannya terkait harga solar bersubsidi yang tidak sesuai HET.
Menurut Ali, HET solar seharusnya Rp6.800 per liter, namun kenyataannya sangat jauh berbeda di lapangan.
“Terkadang ada yang Rp8.500, bahkan lebih. Setiap SPBU beda-beda, ada juga yang pakai sistem pembatasan,” keluh Ali pada Kamis (27/6/2025).
Ali menambahkan, meskipun beberapa SPBU menetapkan harga sesuai HET, pembelian solar seringkali dibatasi.
"Kadang cuma dikasih 30 sampai 50 liter, padahal kebutuhan bisa 200 liter. Bahkan ada SPBU yang jual dari nol dengan harga Rp9.000 sampai Rp9.500 per liter,” pungkasnya.***
Penulis : Andi Ridwansyah
Editor : -
Leave a comment