Pemuda Tewas Usai Lompat di JSSB Diduga Dikeroyok, Ini Kronologinya Versi Keluarga

12 Maret 2025 21:05 WIB
Situasi pemakaman ARB (20) korban dugaan pengeroyokan yang dikabarkan melompat dari Jembatan Sungai Sambas Besar (JSSB), Rabu (12/3/2025). (Insidepontianak.com/Antonia Sentia).

SAMBAS, insidepontianak.com - Jenazah ARB telah dikebumikan, Rabu (12/3/2025) sore. Kini pihak keluarga akan menuntut keadilan. 

Sebab, pelajar 19 tahun, warga Desa Sejiram, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas itu, diduga telah mengalami pengeroyokan, hingga membuatnya tewas.

Adapun ARB tercatat sebagai siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Semparuk. Sebelumya, ia dilaporkan lompat dari Jembatan Sungai Sambas Besar (JSSB), Selasa dini hari, karena diduga diserang sekelompok orang. 

Menurut Asbi, abang kandung, sang adik ditemukan temannya mengambang di sungai kapuas dan langsung dibawa ke Puskesmas, dengan kondisi tak sadarkan diri.

Setalah mendapat perawatan, ia siuman dan kondisinya sempat membaik. Pada Selasa pagi, dibolehkan pulang. 

Setelah sampai di rumah, ABR merintih kesakitan lagi. Tapi, masih bisa bercerita. Beberapa tetangga pun datang menjenguknya. 

“Punggungnya sakit,” beber Asbi.

Pada Rabu, sekitar pukul 07.00, keadaannya memburuk: ARB muntah darah, hingga hilang kesadaran, dan meninggal dunia.

Asbi pun meyakini, sang adik telah dikeroyok, dan tidak lompat sendiri dari jembatan, sebagaimana kabar yang beredar. 

Sebab, ia menemukan beberapa bagian tubuh ABR lebam diduga karena hantaman benda tumpul, dan beberapa luka gores.

"Tangan kiri lebam parah. Kaki kanan dan kiri juga lebam. Kalau dia jatuh sendiri, kenapa bisa seperti itu?” tanyanya penuh curiga.  

Menurut Asbi, ABR sempat menceritakan kronologi kejadian yang dialaminya pada Selasa dini hari itu.

Sekitar pukul 01.00, dia bersama teman-temannya nongkrong di JSSB. Namun, mereka terlibat keributan dengan sekelompok orang yang datang dari seberang. 

Keributan itupun berujung pada penyerangan. ABR dan beberapa temannya berusaha kabur menyelamatkan diri. Katanya, ABR lompat dari JSSB demi menghindari pengeroyokan.

“Namun pengakuan almarhum, dia tidak lompat. Tapi didorong,” kata Asbi.

Ia memastikan, ceritanya itu pengakuan almarhum langsung saat masih sadar dan didengar beberapa orang yang sempat datang menjenguk. Persis dengan pengakuan teman-temannya.

“Tetangga juga dengar ceritanya. Saya tanya lagi, dia (korban) bilang kena dorong,” tegas Asbi.

Sebagai saudara, Asbi akan mencari kebenaran dan keadilan. Ia berharap pihak Polres Sambas mengusut penyebab kematian sang adik hingga terang benderang.

“Kami sebagai keluarga berhak melaporkan kejanggalan ini. Kami ingin pelaku diproses sesuai hukum yang berlaku,” harapnya.  

Mewakili keluarga, Asbi pun menyampaikan menolak dilakukan autopsi. Sebab jenazah almarhum sudah dikebumikan.

“Kalau sudah di lubang kubur, kami tidak mau dibongkar lagi,” katanya.  

Kasi Humas Polres Sambas, AKP Sadoko memastikan, kasus ini sudah ditangani sesuai tahapan prosedur hukum. 

“Tim Polsek dan Polres masih lakukan penyelidikan dan olah TKP,” kata Sadoko singkat dikonfirmasi Insidepontianak.com.*** 


Penulis : Antonia Sentia
Editor : Abdul Halikurrahman

Leave a comment

ok

Berita Populer

Seputar Kalbar