Musim Kemarau Tak Halangi Panen, Slamet Petani Salatiga Andalkan Pompanisasi

SAMBAS, insidepontianak.com – Musim kemarau biasanya membuat petani pasrah melihat sawah mengering. Namun tidak bagi Slamet. Petani asal Batu Bedinding, Desa Sungai Toman, Kecamatan Salatiga ini justru tetap menuai hasil berkat pompanisasi yang menyedot air sungai ke sawahnya.
Bagi Slamet, musim kemarau bukan berarti akhir dari harapan. Berkat sistem pompanisasi, ia tetap bisa menanam dan memanen padi tepat waktu meski air hujan tak lagi turun.
“Dengan pompanisasi, walaupun kemarau, kami tetap dapat menanam padi. Air kami sedot dari sungai untuk mengairi sawah,” ujarnya, Jumat (8/8/2025).
Ia mengungkapkan bahwa, dari lahan seluas satu borong atau seperenam hektare, ia mampu menghasilkan lebih dari 1 ton gabah. Jika dihitung per hektare, hasil panen bisa mencapai 7 hingga 8 ton.
“Kuncinya adalah ketersediaan air yang cukup. Kalau air lancar, tanaman padi tumbuh maksimal,” katanya.
Namun, Slamet tak menutup mata bahwa banyak petani di wilayahnya terpaksa gagal panen. Penyebabnya, sungai dan parit belum dinormalisasi, sementara jaringan pipanisasi belum tersedia.
Ia pun berharap pemerintah daerah maupun pusat dapat menggencarkan bantuan pompanisasi, khususnya untuk lahan tadah hujan.
“Kami butuh normalisasi sungai dan pipanisasi. Ini akan menjadi solusi ketika kemarau panjang melanda,” ujarnya.
Bagi petani kata dia, pompanisasi bukan sekadar teknologi, tapi nyawa bagi pertanian di tengah kemarau.
"Tanpa itu, tanah kering akan berubah jadi lahan mati, dan mimpi panen hanya tinggal cerita, " pungkasnya. (*)
Penulis : Antonia Sentia
Editor : Wati Susilawati
Leave a comment