Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kalbar Tinggi, Dinkes Catat 101 Kasus Sepanjang 2024

28 Mei 2025 15:55 WIB
Ilustrasi. (Net)

PONTIANAK, insidepontianak.com – Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kalimantan Barat (Kalbar) masih menjadi sorotan serius.

Pasalnya, data terbaru dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar menunjukkan fakta mengejutkan: sepanjang 2024, tercatat 101 kasus kematian ibu saat melahirkan.

Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan pekerjaan rumah besar yang mendesak bagi seluruh jajaran kesehatan di Kalbar.

"Sepanjang 2024, kita mencatat ada 101 angka kematian Ibu yang terjadi di Kalimantan Barat, dan ditengarai oleh beberapa faktor penyebab," kata Kadis Kesehatan Kalbar, Erna Yulianti, Rabu (28/5/2025).

Menurutnya, tingginya AKI dan AKB disebabkan oleh kombinasi kompleks faktor medis dan non-medis. Dari sisi medis, penyebab kematian ibu melahirkan karena terjadi pendarahan pasca-persalinan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, gangguan sistem peredaran darah, gangguan metabolik, dan penyakit jantung menjadi penyebab signifikan. Namun, Erna juga menyoroti faktor non-medis yang tak kalah krusial.

"Rendahnya kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan, keterlambatan dalam mengenali tanda bahaya, juga keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan di daerah terpencil," tegasnya.

Kondisi geografis dan minimnya kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kehamilan rutin menjadi penghambat utama.

Merespons kondisi darurat ini, Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar tak tinggal diam. Berbagai program dan inisiatif telah dan akan terus diintensifkan.

Edukasi berkelanjutan mengenai pentingnya gizi seimbang dan pemberian tablet tambah darah terus digalakkan untuk mencegah anemia dan stunting pada ibu hamil.

Sosialisasi mengenai pentingnya deteksi dini melalui Antenatal Care (ANC) dan pemeriksaan USG juga terus digencarkan untuk mengidentifikasi risiko sejak awal kehamilan.

Selain itu, peningkatan kapasitas dan kompetensi tenaga kesehatan di fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes) menjadi fokus utama.

Koordinasi lintas sektor juga diperkuat melalui pembentukan kelompok kerja operasional percepatan penurunan AKI/AKB.

Penguatan Desa Siaga dan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) juga menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi komprehensif ini.

"Kita juga aktif melakukan koordinasi lintas sektor, membentuk kelompok kerja operasional percepatan penurunan AKI/AKB, Penguatan Desa Siaga dan pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM), serta meningkatkan optimalisasi pemanfaatan JKN dan DAK dalam mendukung penurunan AKI/AKB," jelas Erna.

Dengan segala upaya dan langkah kolaboratif yang telah dilakukan, Erna Yulianti menaruh harapan besar.

Ia optimis bahwa melalui kerja keras dan sinergi dari berbagai pihak, angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan seminimal mungkin, serta kualitas kesehatan ibu dan anak di Kalimantan Barat dapat meningkat secara signifikan.***


Penulis : Andi Ridwansyah
Editor : Abdul Halikurrahman

Leave a comment

Ok

Berita Populer

Seputar Kalbar