Kisah Darlina 30 Tahun Menenun Tradisi hingga Mampu Menjangkau Pasar Malaysia

26 Mei 2025 12:47 WIB
Darlina pengerajin tikar asal desa Kuala, Kecamatan Selakau. (Insidepontianak.com/Antonia Sentia)

SAMBAS, insidepontianak.com – Di sebuah desa pesisir bernama Kuala, Kecamatan Selakau, seorang ibu tangguh bernama Darlina mengabdikan hidupnya untuk menjaga warisan budaya leluhurnya.

Ia menekuni profesi sebagai pengrajin tikar tradisional. Selama lebih dari 30 tahun, Darlina setia menenun helai demi helai daun menjadi tikar cantik.

Dari pekerjaan itu, ia hidup. Keuletannya membuahkan hasil. Tenun tikar tradisional Darlina kini sudah menembus pasar internasional.

Tradisi menganyam ini bukan sekadar keahlian, tapi juga warisan turun-temurun dari orang tuannya.

“Saya sudah mulai sejak muda. Ini sudah jadi kebiasaan sejak kecil,” ujar Darlina.

Tikar buatan Darlina memiliki dua motif yang paling digemari pembeli, yaitu motif serong dan petak-petak.

Dalam proses pembuatannya, Darlina dibantu oleh satu orang lain, dan satu tikar bisa diselesaikan dalam waktu dua hari. Ukurannya pun cukup besar, yakni 160 cm x 2 meter.

Namun, menjaga tradisi ini tidak selalu mudah. Bahan baku pembuatan tikar yang dulunya mudah didapat kini semakin sulit dijumpai.

“Kadang harus beli, satu ikat bahan mentah sekarang harganya Rp40.000. Itu pun sekarang susah cari karena banyak yang rusak dan ditebang,” katanya.

Meski demikian, jerih payah Darlina berbuah manis. Tikar buatannya kini banyak diekspor ke Malaysia dengan harga jual mencapai Rp140.000 per lembar.

“Kalau untuk lokal saya kurang tahu, karena kebanyakan langsung dibawa ke Malaysia,” tuturnya.

Darlina adalah satu dari sedikit penjaga warisan budaya lokal yang masih bertahan di tengah modernisasi.

Lewat tangannya, tikar bukan hanya produk rumah tangga, tapi juga simbol ketekunan, tradisi, dan harapan.***


Penulis : Antonia Sentia
Editor : Abdul Halikurrahman

Leave a comment

Ok

Berita Populer

Seputar Kalbar