Cakupan Imunisasi Kubu Raya Terpuruk, Dinkes Sebut Warga Banyak Tahu, Tapi Enggan Datang ke Posyandu
KUBU RAYA, insidepontianak.com – Program imunisasi di Kubu Raya kembali menunjukkan tanda bahaya. Capaian terbaru imunisasi dasar baru menyentuh 42 persen di 2025, jauh dari target minimal 70 persen.
Kondisi ini menempatkan Kubu Raya sebagai salah satu daerah dengan capaian imunisasi terendah di Kalbar, hingga membuat lembaga internasional seperti CDC Amerika Serikat ikut turun tangan.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kubu Raya, Siswani mengatakan, masalah utamanya bukan lagi soal akses, jarak, atau infrastruktur. Namun, persoalannya justru jauh lebih sederhana, yakni kemauan masyarakat.
“Kadang-kadang mereka tahu, tapi tidak mau. Pengetahuan sudah ada, tapi kemauannya itu yang tidak muncul,” kata Siswani kepada insidepontianak.com, Senin (17/11/2025).
Siswani mengungkapkan, bahwa penurunan dimulai sejak pandemi Covid-19. Trauma, misinformasi, hingga ketidakpercayaan terhadap vaksin membuat sebagian orang tua menarik diri dari imunisasi.
Ironisnya, hanya satu jenis vaksin DPT-HB-Hib yang dapat menimbulkan demam, namun masyarakat menganggap semua vaksin memicu efek yang sama.
“Karena demam itulah keluarga jadi takut,” ujar Siswani.
Ketakutan itu diperparah faktor kepercayaan dan isu-isu yang berkembang di lingkungan masyarakat. Dari sembilan kecamatan, Siswani mengatakan, Kuala Mandor B menjadi wilayah dengan capaian imunisasi terburuk.
Sementara, kecamatan lainnya berada di level menengah, namun belum ada yang benar-benar aman. Adapun untuk mengejar target, Dinkes Kubu Raya melakukan berbagai cara, di antaranya sosialisasi lewat grup WA posyandu, pengumuman dari masjid, kunjungan rumah ke rumah, hingga menggandeng SPPG.
Dengan menggandeng SPPG, ia menilai, dapat memberikan paket makan tambahan sebagai insentif agar ibu hamil dan balita mau datang ke posyandu.
“Kami petugas kesehatan juga harus terus update ilmu, supaya bisa meyakinkan masyarakat,” ucapnya.
Sementara itu, Anggota Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Kuncahyo menegaskan, kondisi Kubu Raya berbahaya. Cakupan 42 persen jauh dari standar epidemiologi yang mensyaratkan lebih dari 90 persen untuk mencapai herd immunity.
“Kalau rendah, risiko penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi jadi meningkat. Itu ancaman nyata,” ujarnya.
Menurutnya, survei terbaru menunjukkan alasan masyarakat menolak imunisasi antara lain kekhawatiran efek samping, ketidakpercayaan, dan penolakan berbasis keyakinan tertentu.
Karena itu, PAEI bersama CDC, HSP, dan Kementerian Kesehatan mendorong pendekatan lintas sektor mulai dari TP-PKK hingga lembaga keagamaan.
Dilain sisi, meski upaya masif dilakukan, Kuncahyo mengakui tantangan terbesar adalah perubahan perilaku. Pengetahuan saja tidak cukup tanpa kemauan.
“Pengetahuan, sikap, dan perilaku itu harus berjalan bersama,” pungkasnya. (Greg)
Penulis : Gregorius
Editor : Wati Susilawati

Leave a comment